Kamis, 28 Januari 2010

Mencari Untung Dari Putingbeliung

Banyak orang memandang bahwa angin puting beung itu hanya membuat kerusakan seperti yanyg diberitakan dalam berbagai media massa, misalnya : sebanyak 35 buah rumah hancur dan lima buah di antaranya rata dengan tanah setelah diterjang angin puting beliung di kawasan Gunung Kijang, Kawal, Bintan, Kepulauan Riau, Kompas Minggu (21/9/2009). Puting beliung menerjang kawasan Purwodadi, Pasuruan. Akibat terjangan angin kencang ini, beberapa pohon serta baliho milik Bank Jatim ambruk dan menimpa sebuah truk. Akibatnya baliho melintang di tengah jalan. (detiksurabaya.com, Kamis 20/2/2009). . Puting beliung yang mempunyai daya angkat berton-ton dan angin ribut yang mempunyai kecepatan lebih dari 50 knot atau 90 km/jam itu memang berpotensi besar untuk menimbulkan kerusakan benda-benda yang dilewati. Namun demikian puting beliung dan angin ribut sebagai fenomena alam pasti mempunyai nilai yang disatu sisi membahayakan dan disisi lain mempunyai nilai yang dapat memberi keuntungan. Benarkah demikian? Baca ulasan selanjutnya.

Bagaimana timbulnya puting beliung?

Dalam meteorologi puting beliung dan angin ribut tidak sama akan tetapi keduanya berkaitan dengan adanya dan perkembangan awan tertentu yang disebut Kumulus dan Kumulonimbus. Kumulus adalah awan yang berbentuk gundukan-gundukan seperti kol bunga, dan Kumulonimbus adalah awan yang menjulang tinggi dengan bagian atasnya melebar lebih luas dibandingkan bagian bawahnya. . Kumulonimbus juga disebut awan guntur karena Kumulonimbus dapat menimbulkan badai guntur Umumnya terbentuknya Kumulonimbus diawali dengan timbulnya Kumulus yang dalam garis besarnya dibagi menjadi tiga tahap, yakni tahap awal atau tahap muda atau disebut pula tahap kumulus, tahap kedua atau yang disebut sebagai tahap dewasa, dan tahap ketiga disebut tahap tua atau tahap meluruh. Pada setiap tahap awan mempunyai ciri tertentu, antara lain : pada tahap kumulus di dalam awan terdapat gerak udara keatas yang dapat mencapai kecepatan vertikal ke atas sekitar 1 km/menit atau sekitar 60 km/jam. Tahap awal kumulus tersebut berlangsung skitar 30 menit. Apabila di bawah awan udara cukup panas dan lembap udara dapat terangkat dan berputar sehingga menambah kekuatan naik dan terbentuk putaran bagian bawah awan dan terkesan sebagai kerucut awan yang disebut puting beliung. Dengan adanya pusaran angin tersebut gerak udara keatas menjadi sangat besar. Panasnya di bawah awan sering terlihat dengan adanya hujan yang tidak sampai ditanah yang disebut “virga”. Selanjutnya pada tahap kedua atau tahap dewasa awan tidak tumbuh keatas dan didalamnya mulai terdapat gerak turun sehingga awan seperti teraduk. Kemudian pada tahap ketiga atau tahap meluruh di dalam makin banyak gerak udara turun disertai butir-butir air atau hujan deras.

Gerak turun tersebut dapat besar sehingga dikenal sebagai longsoran udara.(downburst). Longsoran udara terbut bila sampai di tanah lalu menyebar dan menimbulkan angin kencang yang disebut badai atau angin ribut. Jadi pada umumnya puting beliung tidak disertai hujan atau kalau ada hujan terjadinya setelah terjadi puting beliung; sedangkan angin ribut selalu disertai hujan deras atau lebat. Puting beliung membuat benda-benda terangkat dan beterbangan ke atas, sedang angin ribut membuat benda-benda terlempar dan pohon tumbang.

Bagaimana cara mengendalikannya?

Sesuai dengan sifat dan dampak yang ditimbulkan oleh puting beliung dan angin ribut tersebut maka untuk mengendalikannya diperlukan berbagai langkah, antara lain :

• Mengurangi tanah terbuka dengan memperbanyak tanaman dan pepohonan sehingga pemanasan tanah dapat berkurang, sehingga apabila terbentuk awan gerak vertical di dalam awan tidak terlalu tinggi. Meskipun penanaman pohon juga dapat menambah kadar kelembapan udara sehingga memungkinkan bertambahnya pembentukan awan dan hujan namun bahaya angin dapat terkurangi.

• Membuat bangunan / rumah yang tahan angin dengan menggunakan tiang-tiang yang kokoh dan atapnya terbuat dari bahan-bahan yang ringan dan dirangkai dengan erat. Sebaiknya tidak menggunakan genteng yang mudah lepas.

• Tanamlah pohon yang daunnya kecil-kecil dan batangnya tidak mudah patah, misalnya pohon bambu.

Tanaman bambu adalah yang paling baik. Selain daunnya kecil-kecil dan pohon serta batangnya tidak mudah patah, bamboo juga banyak manfaatnya, misalnya dapat menahan tanah longsor, rebungnya dapat dimakan dan mengandung gizi yang tinggi, pohonnya dapat digunakan untuk barang-barang hiasan dan alat rumah tangga serta dapat digunakan untuk konstruksi bangunanan yang ramah terhadap gempa. Dengan demikian menanam pohon bamboo di daerah yang sering terjadi puting beliung dan angin ribut adalah langkah yang paling bijaksana, karena selain melakukan tindak antisipasi untuk mengurangi kerugian dan meningkatkan keselamatan juga dapat memberikan keuntungan.

============
Soerjadi Wh. Jan. 2010.

3 komentar:

  1. 1. Puting beliung itu, angin ribut yang wutah dari awan ke permukaan bumi, terus nyebar ke mana-mana.
    Tornado, udara yang kesedot ke dalam awan, dari bawah menuju ke atas - berpilin.

    2. Yang untung memang yang dapat kompensasi.

    BalasHapus
  2. Bahasan yang menarik, tapi bagaimana mengetahui daerah tertentu berpotensi tinggi terjadi angin puting beliung ?

    BalasHapus
  3. Pak Sibadu, tentang tempat-tempat puting beliung yang lebih rinci dapat Anda lihat di www.pustakacuaca.blogspot.com
    Wass.
    SWh

    BalasHapus