Jumat, 22 Januari 2010

Meraih Keuntungan Dari Prakiraan Cuaca.

Peribahasa “sedia payung sebelum hujan” ternyata tidak hanya sebatas ungkapan yang memberi nasehat “berjaga-jagalah sebelum melakukan suatu tindakan” tetapi mempunyai arti ekonomi yang cukup berarti. Bagaimana kalau kita jauh di tempat yang tidak ada tempat berteduh tiba-tiba ada hujan? Kita dapat basah kuyub kehujanan menjadi sakit dan harus ke dokter, atau barang-barang yang kita bawa dapat rusak karenanya. Berapa kerugian yang terjadi ? Andaikan kita membawa payung yang mungkin harganya hanya limabelas ribu rupiah, kita tidak perlu ke dokter dan membeli obat yang memerlukan biaya lebih banyak, atau barang yang kita bawa tidak rusak. Jadi membawa payung dapat untung.
Bagaimana cara memanfaatkan informasi cuaca?

Cuaca dan iklim mempunyai nilai ekonomi cukup besar. Informasi meteorologi digolongkan menjadi tiga, yakni informasi tentang kebiasaan cuaca waktu lampau atau klimatologi, informasi tentang cuaca yang sedang berlangsung, dan informasi tentang cuaca yang diperkirakan atau yang diprakirakan akan terjadi di waktu berikutnya. Informasi-informasi tersebut merupakan salah satu bahan yang bermanfaat untuk menetapkan rencana dan pengambilan keputusan dalam mangemen. Informasi klimatologi berguna untuk antara lain menetapkan rencana stratejik jangka panjang, misalnya untuk menetapkan rencana tataguna lahan, membuat rencana penerbangan, membuat desain dan teknologi pertanian. Informasi cuaca sedang berlangsung digunakan untuk antara lain membuat penilaian apakah cuaca sampai saat itu mempunyai kecenderungan di bawah atau di atas persyaratan atau batas operasional yang ditetapkan. Dengan demikian informasi cuaca sampai saat itu berfungsi sebagai isyarat dan pengendali untuk melaksanakan kegiatan operasional yang kita lakukan dan mencegah terhadap kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkan oleh cuaca sampai saat itu. Informasi tentang cuaca yang diperkirakan atau yang diprakirakan akan terjadi di waktu berikutnya berguna untuk menetapkan rencana dan pengambilan keputusan untuk penanggulangan dan antisipasi akibat yang berkaitan dengan kondisi cuaca yang akan terjadi.

Dalam menggunakan Informasi Prakiraan perlu disadari bahwa “prakiraan” adalah informasi yang tidak pasti, artinya bahwa dalam informasi tersebut terkandung kesalahan atau nilai kemungkinan (probability). Nilai kemungkinan berkisar dari 0 sampai 100%. Namun demikian dalam kenyataan umumnya prakiraan mempunyai nilai kemungkinan kurang dari 100%. Tetapi karena kepekaan sesuatu kegiatan terhadap cuaca ada yang rendah ada yang tinggi atau sangat sensitif maka dalam menggunakan informasi prakiraan tidak perlu harus diperhitungkan dengan nilai kemungkinan yang tinggi. Misalkan hari ini sawah sudah berair, kemudian besok pagi direncanakan akan menanam padi. Dalam keadaan demikian apakah besok ada atau tidak hujan tidak mempunyai pengaruh apapun selain para penanam basah kehujanan bila hujan. Itu berarti bahwa kepekaan kegiatan menenam padi tersebut terhadap hujan rendah. Oleh karena itu prakiraan cuaca tidak harus mempunyai nilai kemungkinan tinggi. Berbeda dengan kalau direncanakan menjemur gabah. Kalau kehujanan kualitas gabahnya menjadi rendah, oleh karena itu harus ada upaya mengantisipasi agar kalau sewaktu-waktu ada hujan dapat ditanggulangi misalnya dengan menyediakan plastik untuk penutup. Jadi penjemuran peka terhadap adanya hujan, sehingga diperlukan prakiraan cuaca yang mempunyai nilai kemungkinan yang tinggi. Tetapi di sisi lain, bila kegiatan mempunyai kepekaan makin tinggi selain diperlukan nilai kemungkinan prakiraan cuaca yang tinggi juga diperlukan upaya antisipasi yang nilai investasnya makin tinggi. Oleh karena itu di dalam menggunakan informasi prakiraan perlu dihitung berapa nilai kemungkinan prakiraan yang diperlukan agar biaya antisipasi tidak tinggi dan keuntungan masih dapat diperoleh.
Secara sederhana pengambilan keputusan berdasarkan informasi prakiraan cuaca sebagai berikut : Gunakan rumus Benefit / Cost Ratio (R) dengan rumus R = (Hd – C) / (Ht – I).
Hd adalah nilai hasil kegiatan apabila dilakukan upaya penanggulangan; C  nilai biaya untuk penanggulangan; Ht  nilai hasil kegiatan apabila cuaca memenuhi syarat yang diperlukan (tidak ada penanggulangan); dan I  biaya investasi bila tidak ada penanggulangan). Bila R > 1, dapat dilakukan penanggulangan; bila R < 1, tidak perlu bertindak (tidak melakukan apa-apa).

Sebagai contoh, seperti yang dilakukan Pak Ali seorang petani bawang merah, sebelum bertanam ia menanyakan tentang kemungkinan cuaca ke BMKG. Dia mendapat informasi bahwa musim kemarau akan mulai pada minggu pertama bulan Juni, dan berlangsung sampai minggu terakhir bulan September. Selama musim kemarau hujan akan terjadi 5 sampai 8 hari hujan setiap bulannya, dan banyaknya curah hujan setiap hari hujan kurang dari 15 mm/hari. Setelah mendapat informasi tersebut dia mengingat-ingat sifat tanaman bawang. Dia sudah cukup berpengalaman sehingga dia tahu benar sifat tanaman bawang merah, antara lain dikatakan bahwa : tanaman bawang mulai tanam sampai panen memerlukan waktu 90 hari; waktu tanam harus pada minggu kedua dari awal musim kemarau. Selanjutnya dia juga tahu bahwa bawang merah dapat tumbuh dengan baik apabila hari hujan tidak lebih dari 10 hari setiap bulannya dan curah hujannya tidak lebih dari 15 mm/hari hujan.
Dengan membandingkan persyaratan yang diperlukan tanaman bawang merah dan informasi cuaca dari BMG tersebut dia menyimpulkan bahwa cuaca dalam musim tanam yang akan datang cukup baik. Selain itu dia juga mempunyai pandangan bahwa informasi prakiraan tidak dijamin 100% benar, melainkan pasti ada kemungkinan kesalahan. Dengan dasar informasi dan pandangan tersebut Pak Ali membuat perhitungan yang ringkasnya sebagai berikut :
Biaya tanam dari bibit sampai panen Rp. 4.000.000,00 / ha ... (I)
Diperhitugkan apabila cuaca seperti yang diprakirakan, hasil panen sebanyak 2 ton / ha. Bila harga bawang Rp.5.000.000,00 /ton maka nilai jualnya: 2 x Rp. 5.000.000,00 = Rp.10.000.000,00 / ton. ...(Ht). Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh : (Ht) – (I) = Rp. 6.000.000,00.
Kemudian dia mengambil asumsi kebenaran prakiraan cuaca 80%, jadi ada kemungkinan salah 20%. Berdasarkan pengalaman dia memperhitungkan bila kemungkinan yang 20% itu terjadi hasilnya hanya 50%, atau 1 ton / ha, dan nilai jualnya menjadi: 1 x Rp.5.000.000,00 = Rp.5.000.000.,00 / ha. Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh sebesar : (Ht–I) = Rp.5.000.000,00 – Rp. 4.000.000,00 = Rp.1.000.000,00.
Tetapi dia juga membuat perhitungan apabila cuaca yang kemungkinan 20% itu terjadi dapat diatasi dengan membuat parit yang agak dalam meskipun hasilnya diperkirakan hanya 80%. Untuk membuat parit tersebut diperlukan biaya tambahan sebesar Rp.2000.000,00 sehingga biaya investasi seluruhnya menjadi Rp.4000.000,00 + Rp. 2000.000,00 = Rp.6.000.000,00. (C). Hasil yang diperkirakan dengan membuat parit : 80% X Rp.10.000.000,00 = Rp.8.000.000,00.(Hd)
Dan keuntungan = Rp.8.000.000,00 – Rp.6.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00 . (Hd – C)
Dengan rumus B/C ratio dihitung : B/.C ratio = R = (Hd – C) / (Ht – I) = Rp.2000.000,00 / Rp.1.000.000,00 = 2. Jadi R > 1, maka ia memutuskan untuk memperdalam parit.
Dengan membuat parit maka perhitungan spekulasi menjadi :
Bila prakiraan cuaca benar 100% dan memperdalam parit akan untung Rp.10.000.000,00 – Rp.6.000.000,00 = Rp.4.000.000,00.
Bila prakiraan cuaca benar 80% dan memperdalam parit akan untung Rp.8.000.000,00 – Rp.6.000.000,00 = Rp.2.000.000,00.
Bila prakiraan cuaca benar 80% dan tidak memperdalam parit akan untung Rp.5.000.000,00 – Rp.4.000.000,00 = Rp.1.000.000,00.
Jadi menetapkan ketelitian prakiraan 80% dan membuat parit lebih dalam lebih baik daripada tidak karena masih akan ada kemungkinan mendapat keuntungan antara Rp.2.000.000,00 dan Rp.4.000.000,00 /ha atau lebih banyak apabila tidak memperdalam parit. Silakan mencoba.


===========

Tidak ada komentar:

Posting Komentar